Selasa, 29 Maret 2011

Ada Yang Belum Disampaikan



Sampai di satu hari, ku beranikan diri untuk menulis surat kepadanya, kepada wanita pujaanku, yang telah aku sukai selama beberapa bulan belakangan ini. Namun aku belum berani untuk menulis namaku diatas surat untuknya, takut akan kekuranganku adalah salah satu alasannya.

Dear Sonia.
Aku menyukaimu, sejak aku kenal denganmu. Namun aku belum berani untuk mengatakannya secara langsung kepadamu, namun aku akan selalu memperhatikanmu dan ada didekatmu di ujung seberang sana!
- Secret Admirer-

Tak lupa ku hias sepucuk surat itu dengan pita berwarna merah, hasil beli di Pasar Tebet Timur dekat sekolah waktu itu. Lalu kuletakkan begitu rapih surat itu dikolong meja tempat dia duduk di kelas, urutan ke tiga dari deretan tempat duduk dekat pintu masuk. Dan ku bersihkan terlebih dahulu kolong mejanya sehingga tak ada debu kotoran saat dia mengambil surat ini, sekedar bukti betapa tulusnya cintaku padanya.
"Semoga besok pagi dia membacanya." Bisik ku sendiri di dalam kelas aku dan dia, kelas 2-3.

"Hey nak, apa yang kau letakkan di kolong meja itu?" tanya seorang laki-laki tua menghampiriku ke dalam kelas. Ternyata dia petugas kebersihan sekolah.
"Eee.. ini.. hanya.. surat." Jawab ku terbata-bata.
"Surat?" ia mengulang perkataanku.
"Eee.. i.. iya.. surat." Balasku. "Hanya surat untuk temanku, hanya itu."
Dia mendekatiku dan mengambil surat yang tadinya ku letakkan dibawah meja, lalu menatapku. "Surat apa ini? Surat cinta kah?"
"Bukan, itu hanya surat biasa untuk temanku." Kataku berbohong kemudian. "Besok adalah hari ulang tahunnya, aku hanya ingin memberinya kejutan dengan surat itu."

Laki-laki tua itu menggeleng, seakan mengetahui kebohonganku, dan membolak-balik suratku yang sudah ada di tangannya dari tadi.
"Kau berbohong anak muda, ini bukan surat biasa, tapi ini surat cinta, dulu aku pernah membuatnya untuk kekasihku sewaktu aku muda." Ucapnya seraya menatapku, lalu menatap suratku.

Aku terdiam, malu karena kebohonganku.
"Kepada siapa kamu akan mengirim surat ini nak?" Aku tak menjawab, hanya melihati suratku yang dari tadi dipegangnya. Lalu laki-laki tua itu membuka dan membaca suratnya.
"Sonia?" tanyanya lagi. "Kamu mencintai dia?" Aku tak menjawabnya lagi, karena masih malu.
"Jadi, sudah berapa lama kau mencintai Sonia?" ucapnya lagi sambil menatapku.
Aku diam dan menatap laki-laki tua itu. "Beberapa bulan yang lalu," kataku kemudian. "Saat awal kembali masuk sekolah, dan saat pertama kita bertemu, dan kita sama-sama dalam satu kelas, di kelas ini."
"Jadi kau mencintainya?" tanya laki-laki tua itu.
"Ya." Jawabku.
"Apa arti tulisan dalam surat ini nak?"
"Awal dari pernyataanku kepadanya, bahwa aku mencintainya, pak."
"Namun lebih baik kau segeralah pulang nak, kamu telah menemukan cintamu." Kata laki-laki itu. "Katakan langsung kepadanya bahwa kau mencintainya dan menginginkan dia untuk menjadi kekasihmu."
"Tapi aku malu akan kekuranganku."
"Percayalah nak, lekaslah pulang, biar kamu tidak menyesal nanti-nanti." Katanya kemudian. "Biarlah surat ini aku buang, karena ini sudah menjadi tugas ku."


-Sampai akhirnya harus merelakan dia pergi.. [o]_[O]-

Tidak ada komentar: